*Disaat kamu ingin melepaskan seseorang,*
*ingatlah pada saat kamu ingin mendapatkannya.
Disaat kamu mulai tidak mencintainya,*
*ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta padanya.
Disaat kamu mulai bosan dengannya,*
*ingatlah selalu saat2 indah bersamanya.
Disaat kamu ingin menduakannya,*
*ingatlah kesetiaannya kepadamu selama ini.
Saat kamu ingin membohonginya,*
*ingatlah disaat dia selalu jujur kepadamu.
Maka kamu akan merasakan arti dia untukmu.*
*Jangan sampai disaat dia sudah tidak disisimu,
Kamu baru menyadari arti dirinya untukmu.
Yang indah hanya sementara,
Yang abadi adalah kenangan,
Yang ikhlas hanya dari hati,
Yang tulus hanya dari sanubari,
Tidak mudah mencari yang hilang,
Tidak mudah mengejar impian,
Namun yg lebih susah mempertahankan yg ada.
Karena walaupun tergenggam bisa terlepas juga.
Ingatlah pada pepatah,
"Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai,*
*maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini"
Belajar menerima apa adanya dan berpikir positif.
Hidup bagaikan mimpi, seindah apapun, begitu bangun semuanya sirna tak berbekas
Rumah mewah bagai istana, harta benda yang tak terhitung, kedudukan, dan jabatan yg luar biasa, namun...
Ketika nafas terakhir tiba, sebatang jarum pun tak bisa dibawa pergi
Sehelai benang pun tak bisa dimiliki
Apalagi yang mau diperebutkan
Apalagi yang mau disombongkan
Maka jalanilah hidup ini dengan keinsafan nurani
Jangan terlalu perhitungan
Jangan hanya mau menang sendiri
Jangan suka sakiti sesama apalagi terhadap mereka yang berjasa bagi kita
Belajarlah tiada hari tanpa kasih
Selalu berlapang dada dan mengalah
Hidup ceria, bebas leluasa...
Tak ada yang tak bisa di ikhlaskan....
Tak ada sakit hati yang tak bisa dimaafkan
Tak ada dendam yang tak bisa terhapus....
(penulis unknown)
Dulu aku pernah ingin meninggalkanmu, karena memang kamu terlebih
dahulu melupakan aku di sudut kelam sana. Waktu aku ingin
meningggalkanmu, aku tidak akan mengingat susahnya aku mendapatkanmu,
walau bila aku mau jujur pada diriku, perlu pengorbanan terbesarku untuk
kita bersatu.
Tapi aku masih ingin mencoba meraihmu untuk terakhir kalinya, hingga
tetes akhir cinta dan airmataku menetes di sanubariku, dan aku berhasil
memalingkan mukamu kepadaku kembali. Mungkin itu semua berkat doaku dan
amal baikku, tapi mungkin juga memang sudah suratannya demikian, entah
lah....
Kata kata indah dan bijak diatas mengingatku kembali akan kejadian
itu, karena benar-benar mengena di hatiku yang paling dalam, ketika dia
pernah mengkhianatiku dulu kala. Dalam perjalanan waktuku, dalam
perjalanan perkawinan kita berdua, kita pernah menapaki jalan yang
terjal dan bersemak belukar, tidak hanya jalan beraspal hotmix, yang mulus bagai sutra.
Semua itu terjadi dalam perjalanan awal kita dulu, dimana kesepahaman
hati masih sering dipertanyakan, dimana keterbukaan hati masih
dipertaruhkan. Kinginan untuk dimengerti lebih membara dihati daripada
untuk mengerti. Hingga kesalahpahaman sering terjadi. Tapi mungkin saja
memang demikianlah yang harus terjadi, karena juga kesalahan-kesalahan
masa laluku oleh sesama manusia tidak hanya padamu, mungkin juga karena
kesalahanku padaNya.
Bila semua ingin dipahami tanpa ingin memahami, memang tidak akan ada
titik temu, tidak ada kesepahaman, tidak ada keharmonisan. Sebuah
keharmonisan adalah keseimbangan segalanya dalam dua hati.
Bila kita pernah melukai, maka kita harus siap untuk dilukai oleh
siapapun jua, tidak terkecuali oleh pasangan kita. Mungkin kita melukai
orang lain, tapi balasanya kita dapat dari pasangan kita sendiri, dan
kita biasa bingung, aku tidak memukulmu mengapa kamu memukulku. Aku
tidak mencubitmu mengapa kamu mencubitku, padahal belum lama aku
ternyata menyubit kalian, memang bukan dia yang aku cubit.
Ah, ternyata sebenarnya hanya simple saja hukum yang berlaku
di kehidupan ini. Tapi kadang kita memandangnya bagai rumusan matematika
yang paling susah untuk dipecahkan, paling sulit untuk mencari
jawabannya.
Jawaban selalu ada dalam setiap langkah, dalam setiap sapaan, dalam
setiap doa kita selama hidup kita ini. Untung dulu aku dapat melihat
jawaban itu, dapat membaca jawaban itu, dan dapat mendengarnya. Tapi
mungkin juga memang aku pasti mendengarnya, dan pasti melihatnya, karena
memang sudah suratanku...entahlah....
Langkahku mungkin masih panjang, tapi mungkin saja akan berhenti esok
hari. Tapi kata-kata indah di atas yang keliatannya susah untuk di
wujudkan. Sudah aku pernah coba wujudkan dan ternyata bisa juga...dan
semoga selalu aku wujudkan dalam sisa perjalananku ini.
Adakah cinta tulus di muka bumi ini? Dulu aku selalu bertanya
demikian dan meragukan keberadaannya karena terlalu banyak kekecewaan di
luar sana, terlalu banyak keserakahan di luar sana. Tapi dalam
perjalanan waktuku, ternyata cinta tulus itu ada bila kita memang
mewujudkan. Jangan menunggu diwujudkan, jangan menunggu diberi. Tapi
justru kitalah yang mewujudkan dan memberinya dan adalah cinta tulus
itu...
Dalam perjalanan waktu kita, cinta tulusmu terlihat juga di dalam
hatimu itu, mungkin karena aku juga memang mencintaimu dengan tulus
terlebih dahulu...entahlah....... Tapi itu kini aku rasakan, dan aku
hirup dengan sepuas hati, dan aku jaga hingga akhir nanti...semoga...
Cinta tulus tidak hanya untuk seorang kasih, suami, pacar, boyfriend,
bisa juga untuk seorang teman atau teman-teman. Aku sudah pernah juga
mencintai temanku dengan tulus dan juga mendapatkan cinta tulus temanku
itu. Semoga sampai sekarang cinta tulus kami masih terjaga dengan baik.
Cinta tulus dari teman atau untuk teman, akan dapat kita lihat bila
teruji juga dengan sebuah kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan. Dan
cinta tulus itu akan terlihat disana.
Ketika aku sedang susah, saudaraku saja meninggalkan aku. Tapi
temanku yang satu ini justru menolongku. Di situlah aku merasa cinta
tulus dari temanku. Temanku juga berkata karena kamu juga mencintaiku
dengan tulus...ah indahnya...
Cinta tulus juga mungkin terjadi dengan orangtua. Kita sebagai
orangtua akan mencintai anak tanpa pamrih. Itulah cinta tulus kita pada
mereka. Bila kita mendekapnya, hingga tak larat untuk berdiri, kita
membiayai sekolah mereka hingga kita harus berhemat. Itulah cinta tulus
kita pada mereka, anak-anak kita.
Ini juga aku semaikan pada anak-anaku. Aku akan mencintai mereka
dengan tulus, tanpa pamrih apapun, hingga ajal menjemputku....semoga.
Semoga kita bisa mewujudkannya cinta tulus dalam hati kita, pada
kekasih kita, pada anak-anak kita, pada teman teman kita atau pada
sesama. Dan mulainya sekarang juga, karena memang kita tidak perlu
menunggu besok atau lusa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar