Jumat, 15 Juni 2012

Air Mata Meng " Legenda China "

Kisah ini terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Ch’in Shih Huang-ti yang dikenal kejam. Kaisar khawatir kalau dinasti Hun akan menyerang negara tersebut dari utara. Agar dapat memantau musuhnya tersebut, Kaisar memutuskan untuk membangun sebuah tembok sepanjang wilayah perbatasan Cina bagian utara. Tetapi tidak lama sesudah satu bagian selesai dibangun, bagian yang lain runtuh. Dan hal ini terjadi berulang kali, sehingga pelaksanaan ‘proyek besar’ tersebut tidak pernah mengalami kemajuan.


Kemudian, seorang lelaki bijak yang merangkap salah satu anggota tim arsitek tembok tersebut berkata kepada Kaisar, “Tembok seperti ini, yang panjangnya melebihi 10.ooo mil* hanya dapat dibangun jika anda mengorbankan dan mengubur manusia di setiap mil dari tembok tersebut, sehingga akan ada ‘pelindung’ di setiap milnya.”

Sangat mudah bagi kaisar untuk memenuhi nasihat ini, dengan berbagai cara Kaisar mulai menyusun rencana untuk mengorbankan manusia dengan jumlah yang sangat besar, yaitu 10.000 orang untuk membangun 10.000 mil tembok tembok tersebut. Negara pun gempar ketika rakyat mulai mendengar Kaisar akan melakukan rencana ini.

Pada saat Kaisar akan memulai rencananya, datanglah seorang pemuda terpelajar menemuinya. Pemuda tersebut berkata bahwa mengorbankan 10.000 manusia akan sangat membuat rakyat menderita, maka pemuda tersebut mengusulkan lebih baik jika kaisar mengorbankan 1 orang saja yang bernama “Wan” – karena “Wan” berarti “sepuluh ribu”.

Kaisar menyetujui usul ini. Maka dengan segera, ia mengerahkan prajurit-prajuritnya untuk menelusuri negeri ini – untuk mencari seorang lelaki yang bernama Wan. Para prajurit tersebut akhirnya menemukan seseorang bernama Wan – yang sedang duduk bersanding dengan pengantin wanitanya di sebuah pesta pernikahan. Wan dibawa dengan paksa oleh para prajurit – meninggalkan Meng Chiang – sang pengantin perempuan yang sedang dinikahinya di pesta itu.

Dengan berjalan kaki dan berlinang air mata, Meng berusaha menyusul kereta kuda prajurit yang membawa suaminya, tak peduli berapa jauh jarak yang harus ia tempuh. Meng berjalan melintasi pegunungan dan sungai untuk mencari suaminya.
Setelah beberapa bulan berlalu sampailah Meng di tembok raksasa – tempat suaminya dikorbankan dan dikuburkan. Meng tidak tahu lagi harus berbuat apa, maka ia hanya bisa duduk tersungkur dan menangis di dinding tembok itu. Air mata cintanya ternyata memiliki kekuatan yang luar biasa, tembok tersebut runtuh saat air mata Meng mengalir didindingnya. Dan jasad suaminya pun muncul diantara reruntuhan tembok itu.
Ketika Kaisar mendengar kabar ini, maka mulai timbul rasa iba di hatinya. Kaisar memutuskan untuk menemui Meng Chiang. Maka, Kaisar mengirimkan utusan untuk menjemput Meng Chiang, dan Meng pun akhirnya dihadapkan pada raja. Kecantikan Meng Chiang ternyata dapat menggetarkan hati sang Kaisar, sehingga ia memutuskan untuk menjadikan Meng Chiang sebagai permaisurinya.

Meng Chiang tahu betul bahwa ia tidak akan dapat menolak kehendak sang Kaisar. Jadi Meng tetap menyetujuinya, tetapi dengan tiga syarat : Pertama, harus dilangsungkan pesta selama 49 hari untuk menghormati suaminya. Kedua, sang Kaisar beserta seluruh pejabat negara harus datang dan menghormati pemakaman suaminya dalam sebuah proses pemakaman yang megah. Ketiga, sang Kaisar harus mendirikan menara berteras dari batu setinggi 49 kaki** di tepi sungai, dimana dia ingin memberikan persembahan dan bersembahyang untuk suaminya.

Sebagai Kaisar, sangat mudah bagi bagi Ch’in Shih Huang-ti untuk mengabulkan permohonan itu. Semua permintaan Meng akhirnya dipersiapkan.
Ketika semua sudah siap, Meng Chiang naik ke atas menara batu yang dimintanya tersebut.. dengan berteriak-teriak – dan didengar oleh seluruh pejabat kerajaan dan undangan yang hadir di pesta – Meng mulai mengutuk kekejaman dan kejahatan Kaisar dengan lantang.

Meskipun di dalam hatinya Kaisar sangat murka, tetapi ia tetap berusaha tenang. Tetapi ketika Kaisar melihat Meng Chiang terjun ke dalam sungai dan tewas, dia menjadi murka dan memerintahkan para prajuritnya untuk memotong-motong tubuh Meng Chiang dan melumatkannya.

Ketika mereka melakukan ini, bagian-bagian tubuh Meng Chiang berubah menjadi ikan-ikan kecil keperakan, di mana jiwa Meng Chiang yang penuh kesetiaan bersemayam di dalamnya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar