Senin, 03 Desember 2012

Who Loves You ??

*Disaat kamu ingin melepaskan seseorang,*
*ingatlah pada saat kamu ingin mendapatkannya.

Disaat kamu mulai tidak mencintainya,*
*ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta padanya.

Disaat kamu mulai bosan dengannya,*
*ingatlah selalu saat2 indah bersamanya.

Disaat kamu ingin menduakannya,*
*ingatlah kesetiaannya kepadamu selama ini.

Saat kamu ingin membohonginya,*
*ingatlah disaat dia selalu jujur kepadamu.

Maka kamu akan merasakan arti dia untukmu.*
*Jangan sampai disaat dia sudah tidak disisimu,


Kamu baru menyadari arti dirinya untukmu.

Yang indah hanya sementara,
Yang abadi adalah kenangan,
Yang ikhlas hanya dari hati,
Yang tulus hanya dari sanubari,

Tidak mudah mencari yang hilang,
Tidak mudah mengejar impian,
Namun yg lebih susah mempertahankan yg ada.
Karena walaupun tergenggam bisa terlepas juga.
Ingatlah pada pepatah,
"Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai,*
*maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini"

Belajar menerima apa adanya dan berpikir positif.
Hidup bagaikan mimpi, seindah apapun, begitu bangun semuanya sirna tak berbekas
Rumah mewah bagai istana, harta benda yang tak terhitung, kedudukan, dan jabatan yg luar biasa, namun...
Ketika nafas terakhir tiba, sebatang jarum pun tak bisa dibawa pergi
Sehelai benang pun tak bisa dimiliki
Apalagi yang mau diperebutkan
Apalagi yang mau disombongkan
Maka jalanilah hidup ini dengan keinsafan nurani
Jangan terlalu perhitungan
Jangan hanya mau menang sendiri
Jangan suka sakiti sesama apalagi terhadap mereka yang berjasa bagi kita
Belajarlah tiada hari tanpa kasih
Selalu berlapang dada dan mengalah
Hidup ceria, bebas leluasa...

Tak ada yang tak bisa di ikhlaskan....
Tak ada sakit hati yang tak bisa dimaafkan
Tak ada dendam yang tak bisa terhapus....


(penulis unknown)

Dulu aku pernah ingin meninggalkanmu, karena memang kamu terlebih dahulu melupakan aku di sudut kelam sana. Waktu aku ingin meningggalkanmu, aku tidak akan mengingat susahnya aku mendapatkanmu, walau bila aku mau jujur pada diriku, perlu pengorbanan terbesarku untuk kita bersatu.
Tapi aku masih ingin mencoba meraihmu untuk terakhir kalinya, hingga tetes akhir cinta dan airmataku menetes di sanubariku, dan aku berhasil memalingkan mukamu kepadaku kembali. Mungkin itu semua berkat doaku dan amal baikku, tapi mungkin juga memang sudah suratannya demikian, entah lah....
Kata kata indah dan bijak diatas mengingatku kembali akan kejadian itu, karena benar-benar mengena di hatiku yang paling dalam, ketika dia pernah mengkhianatiku dulu kala. Dalam perjalanan waktuku, dalam perjalanan perkawinan kita berdua, kita pernah menapaki jalan yang terjal dan bersemak belukar, tidak hanya jalan beraspal hotmix, yang mulus bagai sutra.
Semua itu terjadi dalam perjalanan awal kita dulu, dimana kesepahaman hati masih sering dipertanyakan, dimana keterbukaan hati masih dipertaruhkan. Kinginan untuk dimengerti lebih membara dihati daripada untuk mengerti. Hingga kesalahpahaman sering terjadi. Tapi mungkin saja memang demikianlah yang harus terjadi, karena juga kesalahan-kesalahan masa laluku oleh sesama manusia tidak hanya padamu, mungkin juga karena kesalahanku padaNya.

Bila semua ingin dipahami tanpa ingin memahami, memang tidak akan ada titik temu, tidak ada kesepahaman, tidak ada keharmonisan. Sebuah keharmonisan adalah keseimbangan segalanya dalam dua hati.

Bila kita pernah melukai, maka kita harus siap untuk dilukai oleh siapapun jua, tidak terkecuali oleh pasangan kita. Mungkin kita melukai orang lain, tapi balasanya kita dapat dari pasangan kita sendiri, dan kita biasa bingung, aku tidak memukulmu mengapa kamu memukulku. Aku tidak mencubitmu mengapa kamu mencubitku, padahal belum lama aku ternyata menyubit kalian, memang bukan dia yang aku cubit.
Ah, ternyata sebenarnya hanya simple saja hukum yang berlaku di kehidupan ini. Tapi kadang kita memandangnya bagai rumusan matematika yang paling susah untuk dipecahkan, paling sulit untuk mencari jawabannya.
Jawaban selalu ada dalam setiap langkah, dalam setiap sapaan, dalam setiap doa kita selama hidup kita ini. Untung dulu aku dapat melihat jawaban itu, dapat membaca jawaban itu, dan dapat mendengarnya. Tapi mungkin juga memang aku pasti mendengarnya, dan pasti melihatnya, karena memang sudah suratanku...entahlah....

Langkahku mungkin masih panjang, tapi mungkin saja akan berhenti esok hari. Tapi kata-kata indah di atas yang keliatannya susah untuk di wujudkan. Sudah aku pernah coba wujudkan dan ternyata bisa juga...dan semoga selalu aku wujudkan dalam sisa perjalananku ini.

Adakah cinta tulus di muka bumi ini? Dulu aku selalu bertanya demikian dan meragukan keberadaannya karena terlalu banyak kekecewaan di luar sana, terlalu banyak keserakahan di luar sana. Tapi dalam perjalanan waktuku, ternyata cinta tulus itu ada bila kita memang mewujudkan. Jangan menunggu diwujudkan, jangan menunggu diberi. Tapi justru kitalah yang mewujudkan dan memberinya dan adalah cinta tulus itu...

Dalam perjalanan waktu kita, cinta tulusmu terlihat juga di dalam hatimu itu, mungkin karena aku juga memang mencintaimu dengan tulus terlebih dahulu...entahlah....... Tapi itu kini aku rasakan, dan aku hirup dengan sepuas hati, dan aku jaga hingga akhir nanti...semoga...

Cinta tulus tidak hanya untuk seorang kasih, suami, pacar, boyfriend, bisa juga untuk seorang teman atau teman-teman. Aku sudah pernah juga mencintai temanku dengan tulus dan juga mendapatkan cinta tulus temanku itu. Semoga sampai sekarang cinta tulus kami masih terjaga dengan baik.

Cinta tulus dari teman atau untuk teman, akan dapat kita lihat bila teruji juga dengan sebuah kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan. Dan cinta tulus itu akan terlihat disana.

Ketika aku sedang susah, saudaraku saja meninggalkan aku. Tapi temanku yang satu ini justru menolongku. Di situlah aku merasa cinta tulus dari temanku. Temanku juga berkata karena kamu juga mencintaiku dengan tulus...ah indahnya...

Cinta tulus juga mungkin terjadi dengan orangtua. Kita sebagai orangtua akan mencintai anak tanpa pamrih. Itulah cinta tulus kita pada mereka. Bila kita mendekapnya, hingga tak larat untuk berdiri, kita membiayai sekolah mereka hingga kita harus berhemat. Itulah cinta tulus kita pada mereka, anak-anak kita.
Ini juga aku semaikan pada anak-anaku. Aku akan mencintai mereka dengan tulus, tanpa pamrih apapun, hingga ajal menjemputku....semoga.
Semoga kita bisa mewujudkannya cinta tulus dalam hati kita, pada kekasih kita, pada anak-anak kita, pada teman teman kita atau pada sesama. Dan mulainya sekarang juga, karena memang kita tidak perlu menunggu besok atau lusa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar